Welcome

Kamis, 09 Oktober 2014

Tatapanmu Bahagiaku




“Tatapanmu Bahagiaku


              Alunan waktu mengitari sisi ruang kehidupan yang hampa. Setiap detik, terasa getaran yang berbeda. Kadang manis, kadang pula rasanya pahit. Insan yang berjalan di muka bumi ini adalah petualang kegetiran hidup. Ribuan kejadian terjadi pada  diri setiap insan. Masalah silih berganti datang menghampiri. Dengan hati yang lapang atau pun tidak, Manusia tetap harus menerima masalah itu sebagai bagian dari lembaran hidup. Warna yang di tuliskan dalam kanfas kehidupan salah satunya adalah warna yang berwujud cinta dan kerinduan. Sesungguhnya kidung kerinduan yang hinggap di hati setiap insan, ingin sekali di sampaikan kepada pemilik tujuan rindu. Namun kadang kalah, lisan terbataskan keberanian untuk melafadzkannya. Hal itulah yang membuat beberapa insan yang bernyawa mengartikan kerinduan sebagai sesuatu yang di pendam.

Sebagian orang mengatakan bahwa cinta itu omong kosong, mungkin meraka belum pernah jatuh cinta hal itu karena cinta itu sangat sulit untuk diartikan namun sangat mudah untuk dirasakan. Cinta sering di sebut sebagai sesuatu yang paling hakiki dan harus ada dalam kehidupan manusia. Cinta tidak membuat dunia berputar, Cinta inilah yang membuat perjalanan tersebut berharga. Cinta pada dasarnya adalah sesuatu yang sangat rumit, karena cinta melibatkan dua individu atau lebih yang tentunya berbeda sifat dan pembawaan. Tak lupa pula permasalahan-permasalah tentang cinta acapkali berimbas ke permasalahan lain yang lebih menyeluruh, sehingga terkadang mengganggu rutinitas kita. Hal inilah yang sering di salah gunakan oleh manusia. Tak selamanya cinta yang di anggap buruk, adalah buruk. Dan tak selamanya juga cinta yang dianggap baik, adalah baik. Karena cinta adalah salah satu dari sisi terang kehidupan yang kadang kalah menjadi relatif di benak umat manusia. Dengan kisah ini, kita akan tahu arti cinta yang sesungguhnya. Yaitu sebagai penyemangat jiwa dan salah satu cara untuk membahagiakan seseorang dengan selentingan perbuatan kecil maupun besar.

            Menatap langit di sore yang cerah dan temaram, Arif duduk sendirian dengan di temani hembusan semilir angin nan sejuk. Saat itu Arif membayangkan seorang wanita anggun berparas cantik, Arif pun sedang menggores-goreskan pencil di sebuah buku gambar, yang Arif ukir dalam kertas putih tentu saja paras wanita cantik idolanya. Mungkin Arif bodoh karena sudah mengidolakan wanita yang hatinya sudah ada ukiran nama orang lain, tapi mungkin Arif tidak bodoh, karena Arif berpikir bahwa jalur kuning belum melengkung dan segala kemungkinan bisa terjadi serta Luluhnya hati bukanlah suatu dosa, Maka Jangan Pernah Takut untuk Jatuh Cinta. Arif tak bisa membayangkan seandainya hati wanita itu ada secerca harapan untuk menggoreskan tinta yang bertuliskan nama Arif.
“Hey Arif”. Sapa teman Arif sambil memanggil namanya.
“Ya, ada apa Yofan?”. Tanya Arif kepada teman akrabnya itu.
“Waduh,lagi-lagi kamu bayangin sih Friska yah?”. Ujar teman Arif sambil menyenggol bahunya.
“oh nggak kok. Wajahnya aku jadiin inspirasi buat aku gambar”. Jawab Arif sambil menyangkal.
“hadeh ada-ada aja kamu Rif”. Jawab teman Arif.

               Awal kisah ini berawal dari penerimaan siswa baru di SMA Mutiara Teladan. Arif yang kebingungan mencari sekolah lanjutan menengah atas menjatuhkan pilihan kepada SMA Mutiara Teladan untuk membimbingnya menjadi orang sukses. Arif datang ke sekolah itu untuk mendaftarkan diri sebagai calon siswa, kebetulan ia mendapatkan nomor peserta 126. Setelah mendapatkan nomor peserta Arif langsung menuju ke ruangan tes yang akan ia tempati hanya untuk sekedar mengetahui situasi ruangan itu. Arif pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan yang katanya ada di depan perpustakaan sekolah. Menerobos keramaian orang-orang di tempat itu, Arif pun berhasil menemukan ruangan tesnya. Dari kejauhan Arif melihat seorang wanita berambut hitam. Terlihat dia sedang mengumpulkan buku-buku  yang berserakan di jalan. Tampaknya dia menjatuhkan buku-buku itu. Dengan refleks Arif langsung berjalan kearah wanita itu dan membantunya mengumpukan buku-bukunya. Arif melihat wajahnya sedikit malu-malu pada saat bertatapan dengannya.
“Makasih yang udah bantuin aku. Namaku Friska, Kamu?.” Sambil menyodorkan tangan kanannya.
“Arif”. Jawab Arif dengan lembut karena Arif tipe orang pendiam serta pemalu.
“oh yah kamu calon siswa yah? Kalau gitu kita sama, semoga kita lulus yah”. Ujar Friska dengan senyuman yang manis.
“oh iya. Amin deh”. Jawab Arif dengan nada yang masih sama.

               Setelah kejadian itu, wanita cantik itu beranjak pergi dari tempat ia berdiri. Arif jadi penasaran dengan wanita yang bernama Friska itu, selain dia cantik dia juga sopan dan tutur katanya baik. Akan tetapi sifat Friska beda dengan Arif yang pendiam dan tak suka punya banyak teman. Namun, yang terlintas di pikiran Arif dia adalah wanita yang cantik dan baik. Arif pun beranjak pergi dari sekolah itu dan bersiap untuk mengikuti tes di hari berikutnya.

               Keesokan hari pun tiba, Arif bangun lebih awal agar bisa mempersiapkan diri lebih matang untuk tes di hari itu. Arif mulai beranjak dari rumah di awali dengan doa dan harapan bisa mengikuti tes dengan baik dan bisa lulus dengan nilai yang baik. Langkah kakinya semakin sempurna melihat aktifitas di pagi hari itu yang sangat berwarna bagaikan pelangi di langit yang cerah. Arif pun sampai di sekolah, langkah kakinya ia ayunkan menuju ruangan tes. Dalam perjalanan menuju ruang tes, dari kejauhan Arif melihat Friska wanita yang bertemu dengannya kemarin. Friska terlihat sungguh cantik dan menawan bagaikan bunga melati elok nan wangi. Arif ingin sekali menuju ke arahnya. Namun, sifat pemalu dan pendiamnya langsung mengurungkan niat hatinya. Arif pun melanjutkan langkahnya ke ruangan tes. Ramainya suasana sekolah membuat semangatnya semakin bertambah untuk mengikuti tes. Sesampainya di ruangan tes Arif mengambil tempat duduk sesuai dengan nomor pesertanya. Terlihat semua orang di dalam kelas itu mencoba saling akrab satu sama lain. Akan tetapi Arif tidak tertarik untuk mencoba akrab dengan orang di sekitar pada saat itu. Arif hanya memilih diam dan meraut pensilnya. Sekali lagi semua ini di sebabkan karena sifat pendiamnya. Beberapa saat kemudian Pengawas tes pun masuk di ikuti dengan di bunyikannya bel tanda tes di mulai. Arif memulai tes dengan baik dan mengakhirinya dengan baik. Hari ini semacan tak ada halangan bagi diri Arif, mungkin karena ini adalah salah satu hari keberuntungannya. Arif langsung menuju rumah dan menunggu pengumuman yang akan di umumkan dalam waktu dekat. Di dalam perjalanan, lagi-lagi Arif bertemu dengan Friska. Akan tetapi  Arif masih malu untuk memberanikan diri menyapanya.

               Beberapa hari kemudian Arif di umumkan lulus dan bisa bersekolah di SMA itu. Arif langsung menuju ke papan pengumuman untuk melihat pembagian kelas. Arif berharap Friska bisa sekelas dengannya agar semangat belajarnya bisa bertambah. Sesampainya di papan pengumuman Arif mulai mencari namanya. Arif sangat terkejut melihat Friska sekelas dengannya. “apakah ini mimpi?” ujar Arif dalam hati sambil bertanya-tanya. Ya, ini memang kenyataan sontak hal ini membuat Arif sangat bahagia karena ini akan menjadi hal yang luar biasa apabila bisa melihat wajah Friska setiap hari.

               Keesokan harinya adalah hari pertama Arif memulai lembaran kisah sebagai siswa baru di SMA itu. Dan berita bahagia bagi seluruh siswa baru bahwa orientasi siswa di sekolah itu hanya berupa pengenalan Sekolah dari guru-guru di kelas masing-masing. Arif pun mengayunkan langkah kakinya menuju kelas barunya. Sesampainya di kelas, Arif takjub melihat kecantikan Friska yang sedang duduk paling depan. Akan tetapi, tatapannya menjadi tak menyenangkan pada saat melihat seorang lelaki memegang tangan Friska. Arif tidak tahu siapa itu yang pasti Arif tidak berharap orang itu adalah kekasihnya Friska. Arif pun langsung menuju ke tempat duduk. Arif melihat hanya ada 1 kursi kosong dan orang yang duduk di samping kursi kosong itu adalah Yofan, teman akrabnya di sekolah itu. Di situlah Arif pertama kalinya berkenalan dengan Yofan. Arif duduk sedikit jauh dari Friska, rasa malu dalam hatinya membuat Arif tidak berbicara bahkan menyapa Friska. Dan selama Arif hadir di dunia ini, Friskalah wanita yang tercantik. Namun kata Yofan pria yang memegang tangannya tadi adalah kekasihnya. Mereka sudah pacaran dari SMP dan hubungan mereka sudah hampir 3 tahun lamanya. Hal ini yang membuat hati Arif seakan teriris bak keindahan yang di ukir dengan api.

                Betapa menawannya paras cantik Friska. Tutur katanya yang lembuh membuat hati Arif luluh dan terpukau. Getar hati muncul di saat Arif melihat sosok anggun Friska. Segala keistimewaan yang ada di diri Friska, hinggap di hati Arif untuk menaruh benih-benih cinta yang suatu saat akan tumbuh dan berkembang. Tapi apalah daya di saat Arif membayangkan Friska tetapi hati dan pikiran wanita anggun itu bukan untuk Arif. Kadang, Banyak pertanyaan terbesit di hati Arif. "Apakah ini cinta sejati? Apa mungkin rasanya seperti ini? Kenapa cinta ini begitu tiba-tiba? Mungkinkah dia tahu dan membalas rasaku ini?". Itu hanyalah secuil pertanyaan yang terlintas di pikiran Arif. Itu wajar-wajar saja karena hakikatnya cinta itu sesuatu yang rumit dan susah di tebak. Namun Arif mencoba melawan pertanyaan di hati dengan sepatah kalimat "Membuat ia tersenyum, sudah lebih dari Cukup". Jika mungkin Rasa yang di rasakan Arif hinggap di hati orang lain, Maka rasa ini akan menjadi tidak menyenangkan hati. Apalagi orang yang di kagumi sama sekali tidak peduli dan lebih memilih jalan untuk mencintai orang yang salah. Akan tetapi, Di hati Arif merasakan cinta yang seperti ini adalah hal yang luar biasa. Karena hanya segelintir orang yang mampuh dan memahami rasa cinta dalam wujud seperti ini. Arif sebelumnya belum pernah punya pacar. Hal ini di sebabkan Arif yang tidak mau mencari karena sifat pemalunya. Itulah sebabnya Arif sangat bahagia merasakan cinta yang baru pertama kali tumbuh di hatinya. Arif punya kebiasaan menyendiri duduk di gazebo dekat perpustakaan sekolah tanpa di temani siapapun. Hal inilah yang membuat orang-orang di sekitar semakin tidak memperhatikan Arif.

            Wujud asli cinta memang sulit terlihat. Namun ia dapat di rasakan. Semakin hari Arif semakin tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan. Cintanya kepada Friska bagaikan fatamorgana di tengah kenyataan hidup. Jiwanya seperti cahaya yang bersinar di tengah kegelapan. Pikirannya seperti jutaan liter air di danau yang dangkal. Lisan sulit berucap. Hanya selalu mengaggumi dan melakukan hal-hal yang mirip seperti telur yang tak tahu wujudnya setelah ia menetas. Analogi pemikiran mencoba menelaah lebih dalam apa itu rasa yang sulit terucap. Namun firasat berkata, itu hanyalah sebuah spekulasi di saat tak ada daya yang akan di lakukan. Tapi, semua kebuntuan ini, hanya akan di jawab oleh Arif dan waktu yang di milikinya.

Suatu ketika, Arif mencoba menceritakan isi hatinya kepada Yofan.
“Yof, Gua tuh sebenarnya suka sama Friska. tapi pasti loh tau kan gua orangnya pemalu” Curhat Arif kepada Yofan.
“Hm, gitu yah. Kalau boleh gua jujur yah, Friska itu nggak terlalu suka sama orang yang pendiam, pemalu dan nggak percaya diri”. Jawab Yofan.
            Hal ini sontak membuat Arif terkejut dan terdiam sejenak.
“Yof, makasih yah udah dengerin curhatan aku. And jangan bilang siapa-siapa yah?”. Ujar Arif.
“Yoi Rif. Kalau loh ada butuh apa-apa bilang ama gua yah, Semoga gua bisa bantu”. Jawab Yofan.
           
Mendengar perkataan dari Yofan, Arif semakin tidak percaya diri dan sangat terpukul. Arif pun ragu tentang kebenaran perkataan Yofan, namun mau tidak mau untuk saat itu seperti itulah kenyataannya. Namun semangat Arif belum padam karena segala kemungkinan masih bisa terjadi.

Hari-hari Arif lalui dengan untaian senyum di hati saat melihat paras cantik Friska. Hal itu tidak dapat dihindari karena Friska dan Arif duduk di kelas yang sama. Arif menyimpan rasa tetapi hati Friska telah punya penghuni. Friska mungkin tidak pernah tahu tentang cinta yang di pendam Arif. Mencintai seseorang dan tidak pernah mengungkapkannya adalah salah satu rasa sakit di hati. Akan tetapi Arif mencintai Friska tanpa berharap Friska membalas cintanya  melainkan hanya ingin membuat Friska tersenyum bahagia. Arif sungguh tidak berharap banyak dari Friska. Dan tidak masuk akal juga jika Friska berharap sesuatu dari Arif karena hati Friska sudah ada sebuah nama. Arif hanya ingin memandangi dia, mengeja namanya dalam hati, mendengar suaranya dan melihat untaian senyum yang tergambar di wajah Friska. Semua itu bagi Arif sudah lebih dari cukup.

               Bagi Friska, Arif hanyala teman sekelas yang sangat pendiam dan kadang berbaur serta sering menghabiskan waktu untuk berdiam diri di gazebo dekat perpustakaan sekolah tanpa di temani siapapun. Dan sejak mereka saling mengenal satu sama lain. Mereka hampir tidak pernah saling berbicara, karena Arif adalah siswa yang tidak terlalu aktif di kelas. Arif memang tidak pandai berbicara dan merangkai kata. Ia malah tidak suka banyak berbicara. Kadang Arif menyesali akan sifatnya yang seperti itu. Namun, Arif sadar bahwa tambatan kodrat yang ini tidak harus untuk di rubah. Melainkan harus di jaga agar tidak mengganggu dan menodai dirinya. Dalam lamunannya Arif selalu membayangkan bagaimana jika hidupnya penuh dengan kecerian dan di penuhi oleh banyak teman. Akan tetapi, Sifat itu mungkin tidak di butuhkan Arif. Karena menurutnya di saat menyendiri itulah kreasi kehidupan dapat ia susun dengan imajinasinya. Di balik sifatnya yang sangat pendiam, Arif mempunyai hobi yaitu menggambar. Tatkala di saat kesibukan tak menghampirinya, ia sering menghabiskan waktu untuk menggores pensil di buku gambarnya. Hampir semua karyanya adalah gambar Friska. Gambar itu hanya bisa di pajang di kamarnya tanpa ia publiskan ke orang-orang kecuali kepada Yofan dan keluarganya. Jika berbicara soal keluarga, Arif adalah anak yang beruntung dan hidup dari keluarga yang berkelebihan. Akan tetapi, dalam benak Arif hal yang ia miliki bukanlah hal yang akan membuat dirinya bahagia. Karena menurutnya, membangun dan mendapatkan sesuatu itu lebih baik dari pada menunggu hasil tanpa melakukan apa-apa. Kedua orang tuanya adalah pengusaha butik dengan omset ratusan juta. Sifat Arif yang pendiam ini tumbuh karena kesibukan berkerja kedua orang tuanya sampai-sampai tidak sempat meluangkan waktu untuk dirinya.

            Bulan sabit muncul dan langit tidak terlalu bercahaya. Malam yang indah selalu datang menghampiri. Namun, Setiap malam Arif menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan Friska. Arif mencoba menyimpan rasa itu rapat-rapat biar menjadi memori nan indah di sudut hati. Dalam sehari, Arif punya 24 jam. Dan 80% waktunya di gunakan untuk mengingat dan membayangkan paras cantik Friska. Arif pun sangat bersyukur karena Tuhan telah menciptakan bidadari yang selalu membuatnya bahagia walaupun hanya sebatas sebuah senyuman. Akan tetapi, Arif takut kalau Friska tahu perasaannya karena Arif adalah anak yang pemalu dan jarang bergaul. Berulang-ulang malam datang menghampiri dan Arif hanya mampuh menatap langit yang penuh bintang sambil membayangkan raut wajah Friska. Karena Arif selalu memikirkan Friska, Kadang dia berhalusinasi melihat Friska di sampingnya. Namun pada saat dia sadar, ternyata itu hanya halusinasinya saja. Dalam lamunannya di bawah sinar bulan ia mengganggap bahwa bintang yang paling terang adalah sang permaisuri yaitu Friska. Dalam lamunannya juga terbesit pertanyaan besar dalam hatinya, "Apakah bintang itu dapat ku raih? Mungkin ya! Mungkin juga tidak! Namun yang pasti Tatapanku masih bisa sampai ke bintang yang terang itu". Arif mungkin tak pernah menatap wanita seperti itu sebelumnya. Tapi tatapan itulah yang melucuti ego di hati Arif. Sekilas pandang, kesibukan Arif untuk mengingat raut wajah Friska adalah hal yang berharga dan belum pernah dimiliki olehnya.

               Tatkala, Arif meraikai sebuah kata-kata untuk mengajak jalan-jalan si friska. Namun, Semua raikaian kata-kata itu menyangkal bahwa itu bagian dari sifatnya. Berulang kali hati memberanikan diri, namun bagi Arif, semuanya sia-sia karena kesiapan mental untuk berbicara di depan Friska tidaklah menjadi pilihan. Dan rangkaian kata-kata yang ia buat terhapus oleh rintik-rintik air hujan yang jatuh membasahi bumi.

               Keesokan harinya, di saat senja tiba, Friska menyambut bel pulang dengan bahagia menandakan sudah waktunya pulang. Friska pun bergegas menuju rumah. Dalam perjalanan langkah kaki Friska menuju rumah, Friska merencanakan pertemuan dengan teman-temannya di taman dekat rumahnya  pada esok pagi karena berhubung besok hari minggu. Arif pun mendengar pembicaraan Friska dan teman-temannya. Arif berniat untuk meletakan sebuah bunga dan sehelai surat untuk Friska. Hal inilah yang menjadi awal rentetan kasih rahasia dari Arif untuk Friska. Hari esok pun tiba. Sebelum Friska datang ke taman itu, Arif sudah lebih dulu datang dan meletakan bunga dan surat di kursi taman itu. Setelah itu, Arif hanya mampuh bersembunyi di persimpangan jalan. Kebetulan pada pagi itu Friska yang datang lebih dulu ke taman itu. Friska menemukan sebuah bunga dan Sehelai surat. Di saat Friska membaca surat itu, sungguh menyentuh hati. Akan tetapi, tak ada nama penulis di surat itu. Isi suratnya sangatlah singkat yaitu “Walaupun  senyummu bukan untukku, tapi menatap senyummu membuatku bahagia”.Bunga yang di letakan Arif di genggam erat oleh Friska sambil berkata dalam hati “Betapa romantisnya orang ini”. Arif pun tak berharap banyak dari apa yang dia lakukan melainkan hanya ingin membuat Friska tersenyum. Mungkin dengan cara-cara itulah Arif bisa menyuarakan isi hatinya lewat isyarat-isyarat cinta yang ia lakukan.

               Seuatu ketika pada saat Arif ingin membaca buku di perpustakan kota, dan tak di sangka ternyata ada Friska dan teman-temannya. Tampak mereka sedang asik membaca buku. Arif yang barusan sampai langsung menutupi kepalanya dengan Topi agar tidak ketahuan Friska. Arif mulai menaiki tangga dengan perlahan. Friska memang punya hobi membaca buku. Apa saja buku yang ia lihat pasti dia akan mencari tahu dan membacanya. Arif mulai mendapatkan buku ia cari, Arif pun mulai membacanya. Di situasi lain, terlihat Friska yang sedang berjalan ke arah Arif sambil melihat-lihat rak-rak buku. Tampaknya ia sedang mencari sebuah buku. Arif tidak mengetahuinya. Semakin dekat langkah kaki Friska, namun Arif tidak menyadarinya. Arif baru sadar ketika bunyi handphone Friska berbunyi. Arif sangat kaget, namun Arif tidak menoleh kebelakang. Arif hanya terdiam dan berpura-pura membaca buku. Friska pun berlalu pergi meninggal Arif yang sedang membaca buku. Setelah Friska pergi, Arif menarik napas panjang tanda kegugupan telah ia hapus. Kejadian itu pun tersimpan jelas di memori Arif.
              
               Sore yang indah di temani oleh bunyi ombak dan semilir angin yang kian beriringan dengan suara daun kelapa yang tak mau berhenti ntuk melambai. Langit terlihat sangat bercahaya tepatnya di saat mentari mulai terbenam dan senja di pelupuk mata mengantarkan warna kelabu dalam sanubari Arif. Pada sore itu Arif jalan-jalan ke pantai mencari udara segar sendirian. Arif berjalan di pinggir pantai sambil melangkah mengukir jejak di pasir pantai. Betapa terkejutnya Arif melihat Friska sedang Duduk di pinggir pantai sendirian. Ingin hati Arif menemani Friska duduk akan tetapi keinginan itu pudar oleh sikap pemalunya. Jadi Arif pun berlari menjauhi Friska dan pergi bersembunyi di balik pohon kelapa yang menjulang tinggi. Arif hanya mampuh menatap Friska dari kejauhan tanpa memberi isyarat bahwa dia sedang hadir mengagumi sosok wanita cantik itu. Friska terlihat sedang melamun dan menatap indahnya sunset. Arif tak tahu apa yang sedang di bayangkan Friska akan tetapi satu hal yang pasti Friska selalu terlihat cantik di manapun ia berada. Setelah 30 menit berlalu, Friska akhirnya beranjak pergi ketika hari mulai gelap. Arif pun ikut beranjak pulang ke rumah. Bagi Arif, itu adalah satu kejadian tak terduga. Namun itu cukup membuatnya bahagia.

               Keesokan harinya Friska datang bersama kekasihnya yang bernama Rando. Arif pun sudah menyaksikan kejadian itu berulang-ulang kali. Melihat orang yang dia sayangi bersama orang lain. Mereka berdua berjalan melewati Arif dan mulut Arif pun hanya mampuh terkunci saat melihat Friska bersama Rando. Dengan hati yang sabar dan mencoba tegar Arif hanya mampuh menampakkan sebuah senyum kecil dari bibirnya. Sekilas tentang Rando, Rando adalah siswa yang pintar. Dan punya banyak prestasi di sekolah. Namun, tak sedikit juga kasus kenakalan siswa yang melibatkan Rando. Arif pun tak abis pikir. Kenapa Friska bisa jatuh hati kepada Rando. Friska dan Rando pun berpisah di bawah tangga karena Friska dan Rando berbeda kelas.

               Perjalanan waktu seperti gendang yang tiada henti-hentinya di tabuhkan meninggalkan endapan kisah yang selalu melekat di sanubaru. Suatu ketika, seusai jam belajar semua siswa di beri intruksi untuk menuju ke aula , guru-guru bilang ada pengumuman penting. Arif dan siswa lainnya langsung menuju ke aula sekolah. Ya, memang saja. Pengumuman itu memang penting bagi Arif. Pihak sekolah memutuskan menyelenggarakan liburan berupa kemping di sebuah resort perbatasan kota. Arif sungguh bahagia mendengar kabar tersebut, karena Arif akan menjadikan momen ini sebagai momen yang pas untuk mengeluarkan rangkain kata dari mulutnya untuk di sampaikan ke Friska pada saat liburan nanti. Terlihat dari kejauhan di pojok dinding aula terlihat Friska juga ikut gembira karena pengumuman tersebut. Kali ini Friska berhasil menangkap tatapan dari Arif yang mengarah kepadanya. Seolah-olah hanya kebetulan saja, Arif pun menolehkan wajah. Hal ini di anggap biasa oleh Friska. Friska mengganggap hal itu kebetulan saja. Arif pun sempat salah tingkah karena malu dan menabrak pintu aula yang berada di sebelahnya. Sontak hal itu membuat semua orang tertawa tak terkecuali Friska.

               Pagi yang cerah terlihat berbeda dari biasanya. Terik mentari di pagi hari menghadirkan sinarnya penuh arti. Kicauan burung tiada henti mengiringi proses terjadinya hari baru yang penuh arti bagi segelintir orang. Pada saat itu juga, Tibalah waktu yang di tunggu-tunggu oleh Arif. Yaitu hari dimana kemping akan di laksanakan sampai 2 hari kedepan. Arif mempersiapkan diri dan barang-barang untuk bekalnya nanti. Tak lupa peralatan gambarnya pun di bawah serta untuk mengisi waktu. Langkah kaki Arif mulai di ayunkan dengan penuh semangat dan harapan agar semuanya berjalan lancar. Sesampainya di sekolah, terlihat semua siswa sudah siap dan tampak semangat untuk mengikuti kegiatan liburan 2 hari kedepan. Mata Arif langsung mencari sosok anggun Friska di keramaian orang-orang. Namun, hasilnya nihil. Arif sangat berharap Friska dapat ikut kegiatan itu. Dengan wajah yang penuh kekecewaan, Arif mencoba mencari lagi sosoknya dan berharap ia ada untuk setidaknya membuat Arif tersenyum dengan kecantikannya. Akan tetapi, Hal itu masih nihil. Seluruh semangat dan harapan pudar dalam diri Arif. Arif pun melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Beruntung, Friska datang dengan di temani pacarnya. Semangat dan raut wajah Arif pun langsung berubah menandakan Arif bahagia bisa melihat Friska datang. "Betapa bahagianya diriku walaupun hanya menatap senyummu". Ujar Arif dalam hati sambil membalikkan arah kembali ke rombongan yang ada di dalam sekolah. Setelah persiapan sudah siap dan seluruh siswa telah hadir, Mereka mulai memasuki bus yang akan membawa mereka ke suatu tempat yang indah. Arif pun mulai mengatur rencana agar bisa memberanikan diri bicara di depan Friska.

               Sambaran angin yang menyejukkan hati membuat perjalanan itu semakin menenangkan diri. Pemandangan alam yang indah bak bunga teratai yang berterbangan di udara. Semua keindahan tampak luar biasa dan tak bisa pudar karena suasana yang teramat membahagiakan hati. Hal ini tak di sia-siakan Arif untuk berimajinasi menggoreskan arang pensilnya di buku gambar kesayangannya. Goresan emas yang di ukir rapih oleh Arif sungguh sangat luar biasa. Yang ia gambar adalah wanita dan pria sedang duduk berjauhan. Wajah pria itu adalah wajahnya sendiri. Namun, Wajah wanita itu di biarkan kosong. Tentu saja, Tidak mungkin Arif menggambar wajah Friska di keramaian karena itu akan membuat orang-orang menganggap Arif menyukai Friska. Memang kenyataanya seperti itu, Namun, Arif enggan memberi isyarat bahwa hatinya punya rasa kepada sosok wanita anggun nan baik bernama Friska. Saat Arif asik-asik menggambar, tiba-tiba Friska lewat disampingnya dan melihat gambar itu.
"Wih. Gambar kamu bagus banget". Puji Friska kepada Arif.
Dengan speechless Arif pun menjawab pujian dari Friska.
"Oh. I  Iya, Makasih". Jawab Arif dengan terbatah-batah.
"Loh, kok ceweknya nggak ada wajahnya?". Tanya Friska sambil mangarahkan jarinya ke buku gambar Arif.
"O Oh ini, E e entar aja kalau udah sampe aku selesain gambar ini". Jawab Arif masih dengan nada terbatah-batah.
"Hm. Yaudah bagus deh". Puji Friska sambil mangajungkan jempol.
"Makasih". Jawab Arif sambil tersenyum.

               Percakapan mereka pun berakhir di situ. Friska pun berlalu menuju kursinya. Nampak wajah gugup di selumuti keringat tergambar jelas di wajah Arif. Arif hanya tersenyum setelah percakapan dan menarik nafas panjang karena percakapan tadi membuat ia bahagia. Walaupun hanya singkat, Namun sungguh berarti untuk Arif. Rasa syukur pun tak henti-hentinya di dengungkan dalam hatinya. Arif sangat bahagia ,seperti rumput yang bahagia ketika di guyur hujan pada saat musim kemarau. Arif berharap, momen seperti itu akan hadir lagi biar seluruh kebahagiaannya akan terasa lengkap.

               Rombongan hampir sampai di tujuan, kira-kira tinggal 3 kilometer lagi. Di dalam bus, Arif mencoba mencari keberadaan Friska. Terlihat Friska duduk di kursi ke tiga dari depan bersama pacarnya. Nampak mereka sedang bercanda ria dan bercumbu rayuh. Arif menyaksikan kejadian itu, dan terasa kalbunya seperti tertusuk jarum api berhiaskan beling yang tajam. Arif hanya mampuh menampakan wajah sedih sambil memegang erat pensil gambarnya. "Sudah ku duga akan selalu begini". Dumelan Arif di dalam hati. Arif pun sangat kecewa, seakan-akan ia ingin mengakhiri seluruh rasa kagum kepada Friska. Namun terbesit kalimat dalam hati "Membuat ia tersenyum sudah lebih dari cukup". Moto itulah yang di pegang Arif untuk menghapus rasa kecewanya dan Arif selalu berharap senyum Friska akan selalu tergambar di wajahnya.

               Perjalanan bus yang di naiki rombongan siswa akhirnya sampai di tempat tujuan. Angin yang berhembus sangatlah sejuk. Pepohonan yang hijau membuat suasana semakin menenangkan bagaikan senandung kebahagiaan di tengah samudera berombak tenang tanpa arus. Sambil menarik nafas panjang, Arif pun mulai melangkahkan kakinya. Seperti biasa, Arif lebih suka menyendiri dan memilih untuk tidak berbaur dengan yang lain. Guru pembimbing menyuruh semua siswa untuk membuat tenda. Arif pun membangun tenda, namun kali ini Arif di bantu Yofan temannya. Setelah membangun tenda Yofan meminta izin kepada Arif untuk bisa tidur bersama di tenda Yang dia dan Arif bangun karena kebetulan pada saat itu Yofan tidak membawa tenda. Arif pun mengiyakan permintaan Yofan. Mereka pun mulai menata barang-barang mereka di dalam tenda. Seluruh peserta kemping di suruh istirahat selama 10 menit sebelum aktifitas di mulai. Kesempatan ini di maksimalkan oleh Arif. Ia mulai merangkai kata-kata untuk Friska. Arif sangat kebingungan untuk merangkai kata-kata karena Arif tidak mahir dalam hal seperti ini. Selama 10 menit rangkaian kata-kata yang di buat Arif belum selesai. Jadi Arif memutuskan untuk menunda dulu niatnya. Kegiatan pertama di tempat itu adalah berdoa, Di ikuti dengan pengambilan absen. Setelah semuanya persiapan telah siap, Kegiatan utama pun sudah akan di mulai. Hari menjelang malam. Seluruh peserta mendapat materi dari narasumber. Kira-kira sekitar 15 menit setelah materi di berikan, seluruh peserta di suruh untuk MCK (Mandi,cuci,kakus). Arif dan yofan menuju sungai bersama-sama. Di dalam perjalanan menuju sungai, entah sengaja atau tidak, Rando pacarnya Friska menyambar Arif dari belakang. Hal ini membuat Arif tersungkur.
"Loh jalannya lelet banget sih." Ujar Rando dengan nada kasar.
Arif Mencoba meredam emosi karena ia takut hal ini sampai ke telinga Friska.
"Ma Maafin aku". Jawab Arif dengan nada pelan.

               Arif pun bangkit dan mencoba berdiri. Yofan tidak suka atas perlakuan Rando. Yofan pun mencoba beraduh argumen dengan Rando. Arif mencoba meredam emosi keduanya.
"Loh jadi orang songong banget, main nabrak aja loh". Bentak Yofan dengan nada keras.
"Trus mau apa? Nonjok gua? Boleh aja kalau loh berani." Ujar Rando sambil menunjukan kepalan tanganya.
"Aduh. Sudah,sudah,sudah. Rando, maafin aku yah karena aku tadi jalannya lelet." Ujar Arif sebagai tanda Permohonan maafnya sambil meredam emosi Rando.
"He, ajarin yah temen loh itu, jangan sok nantang. Entar loh berdua sekalian gua sikat". Jawab Rando dengan nada mengancam.
"Ia ia". Jawab Arif.
Rando pun berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan Arif dan Yofan.
"Rif, loh gimana sih, dia yang salah kok loh yang minta maaf". Ujar Yofan.
"Aduh udah deh, jangan cari masalah di tempat kayak gini." Jawab Arif sambil menenangkan Yofan.

            Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan menuju sungai. Sehabis mandi, Arif langsung bersiap-siap untuk mengikuti kegiatan berikutnya. Arif terlihat sangat bersemangat karena kegiatan pada malam itu adalah api unggun kebersamaan. Setelah persiapan siap, Arif mulai berjalan ke rombongan akan tetapi Arif tidak menyatu dengan mereka melainkan hanya menyendiri. Seluruh peserta kemping di suruh duduk bersilah sambil menyanyikan beberapa tembang manis dan lagu nasional di depan api unggun. Malam semakin terasa nikmat oleh suasana yang sungguh menenangkan hati. Sesekali Arif mencuri pandang menatap wajahnya Friska. Di depan nyala api unggun Friska tetap terlihat sangat cantik dengan senyumnya. Setiap kali Arif menatap wajah Friska selalu saja pikiran Arif terasa buntu dan hanya ingin memikirkan Friska. Arif selalu berharap bahwa senyumnya di tujukan untuk Arif. Tatapan itu pun terasa berlalu seusai kegitan itu. Setelah kegiatan itu, Kira-kira sekitar jam 9 malam, Seluruh peserta di bagi menjadi 12 kelompok untuk bermain game di bawah terangnya cahaya bulan. Kali ini Arif satu kelompok dengan Yofan di dalam kelompok 3. Sedangkah Friska berada di kelompok 8. Guru pembimbing menyuruh seluruh peserta mencari bendera yang sudah di sembunyikan di berbagai titik. Di kegelapan malam semuanya mencari keberadaan bendera itu. Arif dan Yofan memutuskan untuk tidak jauh-jauh dari kelompok Friska. Namun, dari kejauhan Friska terlihat memisahkan diri dari kelompoknya. Entah apa yang di pikirkan Friska. Arif dan Yofan pun memutuskan memisahkan diri juga dari kelompok. Arif dan Yofan mencoba membuntuti Friska. Dan sebuah kecelakaan pun terjadi. Di dekat sungai terdapat jurang yang tingginya sekitar 3 meter. Friska terperosot ke dalam jurang itu. Dengan cepatnya Arif ikut meluncur di jurang itu, dan mencoba membopong Friska keluar dari jurang itu. Arif dan Yofan membawa Friska ke tempat yang aman tanpa di ketahui siapapun. Dalam pikiran Arif, Ia ingin menolong tanpa di ketahui oleh siapapun.
"Yof, kalau ada yang nanya, bilang loh nggak tau siapa yang nolongin yah?." Ujar Arif.
"Loh, kok gitu sih Rif?". Tanya Yofan sambil kebingungan.
"Sudah, loh nggak usah banyak nanya, plis turuti permintaan aku". Ujar Arif sambil memohon.
"Ia deh. Berarti kita tinggalin dia disini? Mungkin bentar lagi ada yang datang. Ayo kita pergi." Ujar Yofan.

               Mereka berdua akhirnya beranjak dari tempat itu meninggalkan Friska yang sedang pingsang. Beberapa saat kemudian, Friska di temukan oleh kelompok lain dan di bawah ke tenda utama. Seluruh peserta di suruh berkumpul lagi di tenda utama, lalu game pada malam itu pun di akhiri. Atas kejadian itu, Guru pembimbing merubah jadwal dan memilih untuk meakhiri kegiatan pada esok pagi karena pihak sekolah tidak ingin ada tragedi lagi. Luka Friska mulai di bersihkan. walaupun sedang dalam keadaan pingsan, sesekali ia menunjukan wajah kesakitannya. Setelah kejadian itu, seluruh peserta kemping di suruh untuk membereskan seluruh barang agar pada esok pagi bisa berangkat lebih awal.

               Hari esok pun tiba, hari dimana seluruh peserta kemping akan kembali ke rumah masing-masing. Arif mulai membereskan tenda. Seperti biasa, sambil membereskan tenda mata Arif sesekali menatap ke arah tenda utama. Terlihat ada Friska disitu yang sedang duduk bersama teman-temannya. Arif pun menampakkan raut wajah kagum kepada wanita canti itu. Bus yang akan membawa mereka pun tiba. Arif menaiki bus itu dan sampai di sekolah dengan selamat. Arif mulai mengayunkan langkah menuju gerbang sekolah. Tak di sangkah, di samping ruangan kepala sekolah ada Friska yang sedang nongkrong bersama teman-temannya. Dan betapa terkejutnya Arif mendengar sapaan dari Friska. Arif pun hanya merespon dengan mengangkat tangan kanan dan tidak mengehentikan langkahnya. Hati Arif bagaikan di tumbuhi 1000 bunga baru karena sapaan tadi. Arif tidak pernah menyangkah Friska masih bisa menyapa dirinya yang pendiam. Namun satu yang pasti, Arif sangat bahagia akan hal tersebut.

   Beberapa hari berlalu. Arif selalu mencari tau hal-hal yg di inginkan Friska. Sampai pada suatu ketika Arif mendapatkan informasi dari status Friska melalui jejaring sosial. Dalam statusnya, Friska menulis bahwa dia menyukai lagu dari band Muse yang berjudul Unintended. Akhirnya Arif mengatur rencana memberikan kotak musik dengan lagu kesukaan Friska tanpa di ketahuinya. Arif berniat memberikan kotak musik itu pada esok hari setelah jam istirahat.

               Malam pun tiba, Arif keluar rumah untuk membeli sebuah kotak musik. Kotak musik itu berwarna Hitam dengan hiasan wanita kecil yang muncul saat kotak musik itu dibuka. Arif memang tidak pernah terpikir untuk melakukan hal ini. Namun, inilah cara terakhir di saat lisan tak berdaya.

Beberapa hari kemudian, Yofan di kabarkan mengalami kecelakaan dan ia mendapatkan luka serius. Saat itu Yofan di bawa di rumah sakit Kasih Permai yang berjarak 5 kilometer dari rumah Arif. Arif yang mendengar kabar itu langsung bergegas menuju ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Arif pun melangkahkan kaki menuju ke kamarnya Yofan. Arif masuk ke kamar itu.
"Astaga Yofan, Loh ngk kenapa-kenapa kan?" Tanya Arif sambil menampakkan wajah yang khawatir.
"Nggak apa-apa Rif, hanya sedikit lecet di tangan sama kaki." Jawab Yofan.
"Yaudah deh, bentar yah aku mau beli buah dulu di depan rumah sakit. Entar aku balik lagi". Ujar Arif sambil berlalu pergi meninggalkan kamar itu.
      
  Pada saat keluar dari kamar tempat Yofan di rawat, Arif sedikit terkejut melihat Friska ada di rumah sakit itu. Friska nampak memegang seikat bunga. Arif pun penasaran dan ia membuntuti Friska dari belakang. Terlihat Friska masuk ke kamar 192. Arif tak tahu siapa yang ia jenguk. Arif melangkahkan kakinya dan berniat mengintip ke kamar itu. Ternyata yang di rawat di kamar itu adalah Rando. Terlihat kepala Rando terbungkus dengan perban. Mungkin Rando mengalami kecelekaan. Tiba-tiba Friska menuju ke arah pintu. Dengan buruh-buruh Arif berlari meninggalkan pintu kamar itu. Tampaknya Friska akan segera meninggalkan rumah sakit.

Arif pun kembali ke kamar Yofan. terlihat ada dokter yang sedang memeriksanya. Dokter itu baru bekerja di rumah sakit itu dan umurnya 5 tahun lebih tua dari pada Arif. Dokter itu bernama Lidya. Ia adalah dokter umum di rumah sakit itu. Dokter itu memiliki wajah yang cantik. Akan tetapi, Arif terlihat tidak tertarik sama sekali.
“Bagaimana keadaanya dok?” Tanya Arif.
            Dokter Lidya terlihat kaget dan rupanya dia kagum akan ketampanan Arif.
“oh dia baik-baik aja. Entar lagi sembuh kok”. Jawab dokter.
“hm bagus deh Dok”.
“ee ngomong-ngomong kenalin, nama saya Lidya, saya dokter baru disini”. Ujar Lidya sambil menyodorkan tangan kanannya ke Arif.
“oh iya. Nama Aku Arif. Salam kenal yah.” Ujar Arif sambil menyalami sih dokter.
“hm kalau gitu saya permisi dulu yah. Kalau ada apa-apa  panggil saya yah.” Ujar Lidya sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan.
           
Dokter Lidya tampaknya mulai jatuh hati pada pandangan pertama kepada Arif. Dia tampak kegirangan dengan situasi tersebut.
“Aduh, ganteng banget cowok itu. Hm, kira-kira latar belakangnya kayak gimana yah?”. Besit hati si dokter sambil bertanya-tanya. Arif tampaknya hanya biasa saja kepada si dokter walaupun dokter itu sangatlah cantik, namun Si dokter takkan mampuh menggeserkan nama Friska di hati Arif.
“Rif, dokter yang tadi cakep banget”. Ujar Yofan.
“hadeh, masih Friksa dong yang lebih cantik.” Ucap Arif.
“Yaelah, kalau loh suka sama dia langsung tembak aja kali”. Ujar Yofan.
“Males gua”. Jawab Arif sambil malu-malu.
“yaudah, pendem aja rasa cinta itu. Hahaha”. Ejek Yofan kepada Arif.

            Karena berhubung besok tanggal merah, Arif pun berniat untuk menginap di rumah sakit untuk mendampingi Yofan.

            Adzan subuh pun mulai berkumandang. Dokter Lidya masuk ke kamar untuk mengecek tekanan darah Yofan. Lidya pun agak sedikit malu-malu untuk masuk kamar karena di dalam kamar itu ada Arif yang sedang merebahkan kepalanya di tempat tidur Yofan. Lidya pun masuk ke dalam kamar tempat Yofan di rawat. Tanpa sengaja ternyata suara pintu yang di dorong oleh lidya menyebabkan Arif terbangun.
“ups maaf Arif saya nggak sengaja”. Ucap dokter.
“eh iya nggak apa-apa dok”. Ujar Arif.
“Saya mau periksa Yofan dulu yah”. Ujar Dokter Lidya.
            Dokter Lidya pun mulai memeriksa Yofan.
“Yofan, entar siang ambil hasil tes darah yah di ruangan saya, entar suruh aja Arif yang Ambil”.
“oh iya dok, nanti saya ambil”. Ujar Arif kepada dokter.
“saya tunggu yah, yaudah saya permisi dulu”. Ujar Lidya sambil beranjak dari tempat itu.

            Siang hari pun tiba. Waktu di mana Arif harus mengambil hasil tes darah di ruangan Dokter Lidya. Arif mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan Lidya. Arif mengetuk pintu ruangan dengan pelan. Lidya pun mempersilahkan masuk. Dokter Lidya bilang bahwa hasil tes darah itu mengalami keterlambatan. Karena Lidya mulai menyukai Arif, ia pun mengajak Arif untuk makan siang. Arif pun merasa tidak enak apabila harus menolak. Akhirnya Arif mengiyakan ajakkan Dokter Lidya. Di saat perjalanan menuju ke kantin rumah sakit, Arif dan Dokter Lidya mengobrol  sambil saling mengenal satu sama lain. Sejenak mungkin Arif bisa melupakkan sosok Friska. Namun, Sosok cantik Friska takan bisa terhapuskan dari lubuk hatinya. Mereka berdua pun mulai saling mengenal satu sama lain. Mereka berdua berbincang tentang hobi mereka. Dokter Lidya tampaknya punya perasaan kepada Arif. Mereka berdua terlihat tampak kompak dan mesra. Setelah makan di kantin, tanpa memperdulikan teriknya matahari mereka berdua berjalan di taman rumah sakit. Mulai dari situ mereka mulai saling mengenal satu sama lain. Tak tanggung-tangung Mereka berdua bertukaran nomor handphone. Mulai dari situlah kedekatan mereka mulai terjalin. Akan tetapi, Arif masih belum memiliki rasa apapun kepada Dokter Lidya. Ia hanya menganggap Dokter Lidya sebagai teman biasa tanpa berharap lebih.  Setiap malam Arif dan Dokter Lidya saling SMS-an. Namun, di balik kegiatan barunya itu, ia tak terpikir untuk berhenti membayangi sosok Friska.

            Datanglah suatu ketika, pada saat itu Dokter Lidya mengajak Arif untuk jalan-jalan ke kebun binatang. Tanpa berpikir panjang Arif pun megiyakan permintaan Dokter. Untuk saat ini Dokter Lidya mulai melarang Arif untuk memanggil dia dengan sebutan Dokter. Sampailah mereka di kebun binatang. Sambil berfoto-foto, mereka terlihat sangat gembira. Lidya tampaknya salah paham akan semua ini. Ia menganggap bahwa Arif menyukainya. Namun di lain sisi, Arif tidak punya perasaan apa-apa kepada Dokter Lidya. Pada kesempatan itu, Arif terlihat sangat terkejut saat melihat Friska dan Rando sedang jalan bersama di kebun binatang itu. Arif pun mengajak Lidya untuk segera cepat pulang sebelum Friska menyadari keberadaanya di sekitar situ.
“Lid, ayo pulang”. Ujar Arif.
“loh,kok udah mau pulang?”. Tanya Lidya sambil kebingungan.
“ee, aku belum ngerjain tugas rumah?”. Ujar Arif sambil memberanikan diri untuk berbohong.
“hm yaudah deh”. Jawab Lidya dengan nada datar.
            Tampak Lidya sangat kecewa dengan keputusan Arif pada saat itu. Mereka berdua pun beranjak pergi dari kebun binatang.

            Beberapa hari berlalu.  Hubungan antara Dokter Lidya dan Arif samakin terjalin dengan baik. Akan tetapi, Arif masih merasakan bahwa tidak ada keistimewaan di antara mereka. Pada suatu ketika, Dokter Lidya memberi kabar bahwa pada saat itu ia akan pergi ke luar negri untuk melanjutkan sekolah kedokterannya di swiss. Semua ini memang bukan maunya si dokter. Namun demi mengambil jurusan spesialis ia pun harus melanjutkan sekolahnya. Arif dengan tergesah-gesah menuju ke bandara. Bertemulah ia dengan Dokter Lidya. Dan pada kesempatan itu, Dokter Lidya mulai mengutarakan perasaannya.
“Rif, sebenernya, aku jatuh cinta ama kamu pada pandangan pertama”. Ujar Dokter sambil mengutarakan perasaannya.

            Arif hanya terdiam tanpa kata karena ia sangat kaget oleh pernyataan Lidya yang seperti itu.
“tapi kamu nggak perlu kasih jawaban ke aku, Karena aku kuliah di sana cukup lama, aku harap kamu tahu jaga diri yah”. Ujar Dokter Lidya.

            Arif hanya mampuh terdiam mendengar ungkapan hati si Dokter Lidya.  Tiba-tiba Dokter Lidya memeluk Arif. Arif sangat terkejut. Tak ada yang bisa ia lakukan selain membiarkan Lidya memeluknya. Dokter Lidya menangis di pelukkan Arif. Ia sungguh tak rela untuk meninggalkan Arif. Arif pun menyeka air mata di pipih sang dokter. Setelah itu, dengan melambaikan tangan, Lidya pun berlalu pergi dan meninggalkan Arif . Arif tidak abis pikir dengan semua kejadian dengan yang ia alami bersama Dokter Lidya. Ia kira Dokter Lidya hanya mengganggapnya sebagai Adik. Namun ternyata Dokter Lidya punya perasaan kepadanya. Arif pun berharap kejadian itu cepat berlalu dan cepat terhapus agar sosok Friska abadi di relung jiwanya.

Beberapa hari pun berlalu setelah kepergian Dokter Lidya. Pagi yang sangat indah pun mulai menampakan diri, di iringi dengan terbitnya mentari yang cerah dan dengan alunan melodi kicauan burung, di ikuti dengan biasan Mentari yang mulai berani menampakkan senyumnya, menambah keindahan di pagi itu. Arif mulai melangkahkan mengayunkan langkah menuju sekolah. Arif datang dengan sepeda motor hijau kesayangannya. Di dalam perjalanan ke sekolah, Arif bertemu Friska yang sedang jalan kaki Namun, Arif malu untuk menawarkan tumpangan ke Friska. Jadi Arif pergi dan berlalu tanpa menawarkan tumpangan. Sesampainya di sekolah, Arif menunggu Friska  di parkiran sekolah. Setelah Friska datang, Seperti biasa Arif hanya membuntuti Friska dari belakang. Arif membawa kotak musik itu di dalam tasnya dan pada saat lonceng tanda istirahat di bunyikan Arif akan memberikan kotak musik itu, Arif menunggu Friska keluar kelas dan Arif akan menaruh kotak musik itu di lacinya Friska. Hal itu dilakukan Arif setelah Friska keluar kelas.


Istirahat pun usai akan tetapi wanita cantik itu belum membuka lacinya. Arif memperhatikan Friska di dalam kelas dan berharap Friska melihat isi lacinya. Waktupun mulai berlalu. Alhasil, ketika lonceng pulang di bunyikan Friska membereskan meja dan tempat duduknya. Dan Friska menemukan sebuah kotak musik dengan lagu kesukaannya yang berjudul Unintended dari band Muse. Friska pun terkejut ketika mendengarnya. Arif memperhatikan Friska dari luar jendela. Friska terlihat tampak bahagia. Tetapi sesekali Friska menampakan wajah kebingungan dan bertanya-tanya dari siapa kotak musik ini. "Apakah dia pacarku? Tapi tak mungkin pacarku seromantis ini". Ujar Friska sambil menampakan wajah kebingungan. Sekali lagi Arif pun tersenyum melihat raut wajah Friska yang bahagia walaupun dia tidak mau memberitahu jati dirinya kepada Friska.

          Hari pun mulai berlalu. Aroma lentera hitam masih menguap ke seluruh ruang hati Arif. tibalah sore yang merah di hiasi dengan gerakan awan di langit, dan hembusan angin yang bergerak pelan. Pada sore itu Arif lewat di depan rumah Friska. Arif mencoba mencari sosok Friska apakah ada di luar rumah atau berdiam diri di dalam rumah. Ternyata Friska sedang duduk di taman dekat rumahnya. Terlihat ia sedang bermain dengan anak perempuan yang kira-kira masih berumur 6 tahun. Anak kecil itu adalah adik Friska. Nampak dari kejauhan terlihat Friska sungguh menyangi adiknya itu. Kata teman-teman sekelas Friska memang suka anak kecil. Arif pun menyaksikan kejadian itu dengan serius dan belum mau beranjak sebelum kejadian itu berakhir. Detik demi detik berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi. Sore semakin merah dan warna gelap di langit mulai menampakkan diri. Friska dan adiknya mulai meninggalkan taman dan pulang ke rumahnya. Arif pun tersenyum manis karena sore itu ia dapat menikmati senyuman dari Friska yang ia tatap penuh dengan cinta.

Beberapa hari berlalu. Arif mulai membuka matanya. Seperti biasa, hal yang ia lakukan pada saat bangun yaitu menatap semua gambar yang ia tempel di kamarnya. Arif pun mulai membereskan kamar dan mempersiapkan diri menuju ke sebuah tokoh bunga yang tidak jauh dari rumahnya. Arif terlihat tampak segar karena ia ingin membeli beberapa bunga untuk di berikan kepada Friska di waktu-waktu yang akan datang. Beberapa saat kemudian Arif sampai di tokoh bunga. Terlihat puluhan warna bunga menghiasi seisi ruangan. Pada saat itu ia ingin mencari bunga yang berwarna ungu. Arif pun menemukannya. Arif mulai melangkahkan kakinya menuju rumah Friska. sesampainya di depan rumah Friska, Arif langsung meletakkan seikat bunga itu di depan pintu pagar. Di bunga itu Arif menuliskan sebuah kata-kata cinta. “Friska, aku tak peduli sejauh apa aku melangkah. Namun yang pasti tujuanku adalah dirimu”. Sekilas isi surat itu.

Arif langsung bersembunyi untuk memantau dari kejauhan. 1 jam lebih berlalu. Namun, batang hidung Friska belum Nampak. Arif mulai kelelahan karena sudah kecapean berdiri cukup lama. Arif pun memutuskan untuk pergi dan pulang ke rumah. Akan tetapi, baru saja ingin beranjak tiba-tiba pintu pagar Friska terbuka.Namun yang muncul bukanlah Friska, melainkan pembantunya. Arif pun sangat kecewa dengan kejadian. Ia tadinya berharap bahwa yang membaca pertama kali surat itu adalal Friska.

Ketika cinta sudah di pendam memang akhirnya hanya perasaan sedih yang Arif bisa alami. Arif mungkin hanya bisa merenung,melamun dan menggerutu untuk mengungkapkan kata-kata cinta yang mungkin dituliskan melalui media kertas. Mungkin hanya sebatas bunga, dan mungkin hanya sebatas ungkapan yang di urai di dalam sebuah surat. Surat itu menandakan arti dari sebuah kepulihan hati yang tidak terlihat dan takkan terungkap. Ada sebuah pepatah mengatakan “Cinta menjadikan kita sempurna setiap insan sempurna. Namun cinta tidak membutuhkan orang yang sempurna, karena kesempurnaan bisa didapat ketika saling memiliki”. Tampaknya pepatah itu tidak berlaku bagi Arif. Baginya cinta tidak harus memiliki melainkan hanya cukup membuat suatu kebahagiaan dan menyayangi setulus hati.

Hari-hari pun berlalu. Tibalah sebuah hari yang dimana hari itu adalah jam praktek kimia. Friska dan teman-temanya menuju ke laboratorium yang jaraknya sedikit terpisah dari sekolah. Arif pun yang berada di kelas yang sama juga pergi ke laboratorium. Sesampainya di laboratorium, mereka mulai bereksperimen dengan zat-zat kimia sesuai perintah guru. Seluruh siswa terlihat asik mencampur bahan-bahan kimia. Namun, malapetaka terjadi di tempat itu. Ada siswa yang salah mencampur bahan kimia sehingga terjadi ledakan yang menyebabkan laboratorium terbakar. Seluruh siswa berhamburan keluar. Begitu juga Arif ikut menyelamatkan diri. Akan tetapi, di saat Friska ingin menyelamatkan diri, ia terjatuh dan tertimpah meja sehingga ia tak bisa bergerak. Lalu Friska pingsan karena terlalu banyak menghirup assap. Arif yang sudah di luar menyadari hal itu. Arif pun langsung berlari ke dalam laboratorium yang sudah di penuhi api dan menerobos orang yang mencoba menghalangi. Seluruh siswa di sekolah itu sudah berada di depan sekolah.  Dengan mata yang jelih, Arif melihat Friska yang sudah tergeletak. Beruntung, Friska belum tertimpah bahan bangunan yang terbakar. Arif pun langsung membopong Friska keluar dari kobaran api. Sesampainya di luar Rando sudah menunggu dan Arif pun langsung memberikan Friska ke pelukkan Rando. Beberapa saat kemudian Friska siuman, dan yang ia lihat adalah Rando. Friska pun beranggapan bahwa yang menyelamatkan ia adalah Rando. Rando langsung membawa Friska ke UKS untuk di berikan pertolongan pertama. Seusai pertolongan pertama di berikan, terjadilah percakapan antara Rando dan Friska.
"Rando, kamu yang nolongin aku tadi yah?". Tanya Friska.
"O oh iy iya Sayang, kamu tadi aku yang nolongin." Jawab Rando dengan perkataan yang bohong.
"Makasih yah sayang, mungkin kalau nggak ada kamu, mungkin aku udah nggak ada". Ujar Friska tanda trima kasih.
       
Rando berbohong kepada Friska. Friska sungguh tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi bahwa Arif lah yang menjadi penolong nyawanya. Beberapa saat kemudian. Friska berangsur-angsur membaik dan Ia pun di antar pulang kekasihnya yaitu Rando.

Waktu bisa saja berbohong pada kenyataan bahwa sesuatu itu takkan pernah kembali. Namun, waktu dapat mengatur pertemuan dua insan di manapun mereka berada. Malam minggu adalah malam dimana seluruh Abege menghabiskan waktu bersama seseorang yang mereka anggap special. Namun, kalimat itu mungkin tidak di peruntukan untuk Arif di saat yang seperti ini. Arif memilih untuk jalan-jalan hanya untuk sekedar melepaskan keletihan di kepalanya.  Pada saat Arif jalan-jalan di salah satu pusat perbelanjaan, Arif melihat Friska yang sedang jalan sendiri. Friska tampak buru-buru, Arif pun mengikutinya dari belakang. Terlihat Friska berhenti di sebuah kafe. Nampak Friska sedang meneteskan air mata. Arif tak tahu apa yang membuat ia menangis. Tiba-tiba handphone Friska berbunyi. Arif tahu bahwa nada dering itu adalah bunyi panggilan masuk karena Arif sering mendengarnya di kelas. Terlihat Friska hanya memandangi handphonenya dan tidak menjawab panggilan itu. Arif mencoba menebak. Mungkin Friska sedang marahan dengan pacarnya. Arif pun merencanakan sesuatu. Diam-diam Arif menuju ke pelayan dan memesan sebuah bunga dan Es Coklat kesukaan Friska untuk di bawa ke meja Friska tanpa menyebutkan nama pemesannya. Tak lupa Arif juga memerintahkan pelayan untuk memutarkan lagi kesukaan Friska. Arif membayarnya dengan sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat Friska. Arif mulai beranjak dan pergi bersembunyi lagi. Pelayan mulai membawakan apa yang disuruh Arif. Friska pun terkejut. Terlihat dari kejauhan Friska kebingungan dan bertanya kepada pelayan. Akan tetapi, pelayan tidak memberitahukannya. Dengan diiringi lagu kesukaannya, Friska pun menikmati apa yang di berikan oleh orang yang ia tidak tahu itu siapa. Sambil menikmati minumannya, sesekali ia menoleh ke kiri dan ke kanan seolah-olah mencari seseorang. Nampak jelas bahwa kesedihan Friska mulai berkurang. Arif pun menarik nafas panjang dengan di ikuti senyuman. Arif mulai beranjak dari tempat itu. Kisah pada hari itu pun berlalu dan menyisakan kenangan di benak Arif.

               Bagi Arif, kubangan air di sudut hatinya adalah secerca harapan di saat ia masih mampuh memendam rasa dan mencoba membahagiakan orang yang ia cintai. Sosok anggun itu memang mungkin tidak akan pernah hilang. Namun, rentengan waktu akan mendekatkan Arif kepada suatu cahaya terang dimana tidak ada lagi kata berjuang, melainkan kata menikmati.
              
               Hari esok tiba. Di pagi itu terlihat semua siswa memegang undangan ulang tahun. Arif dan Friska pun ikut mendapatkan undangan dari teman sekelas mereka bernama Ratih. Dalam undangan itu setiap tamu undangan wajib menggunakan Night Dress dan menggunakan topeng karena tema ulang tahun itu adalah The Birthday Party Mask. Dalam pikiran Arif semoga Friska dapat hadir dalam acara itu. Waktu berlalu dan tak terasa malam hari pun tiba. Arif datang sendirian karena dia tidak punya kekasih. Arif menggunakan Jas putih dengan menggunakan celana panjang putih dan wajahnya di hiasi topeng berwarna putih. Terlihat Friska datang bersama Rando. Friska datang menggunakan gaun ungu di lengkapi dengan topeng putih yang menghiasi wajah cantiknya. Friska terlihat sangat cantik. Arif terpanah akan kehadiran Friska yang sangat mempesona pada malam itu. Semua orang pada malam itu datang dengan pasangannya tapi tak seperti Arif yang datang sendirian. Akan tetapi, Arif tidak berkecil hati karena dia tahu semua ini tidak adalah rencana Sang Pencipta yang baik baginya. Friska terlihat sedang duduk bersama Rando. Friska sempat mencurigai orang berpakaian putih-putih dengan topeng putih yang memperhatikan dia sejak pertama dia sampai ke acara itu. Akan tetapi, Friska tidak mengenalinya karena ia menggunakan topeng.

               Sambil menikmati udara malam di iringi dengan lagu romantis, semua orang di pesta itu terlihat tampak bahagia. Arif pada malam itu berinisiatif untuk menyanyikan lagu kesukaan Friska. Arif pun mengkokohkan niatnya untuk naik ke atas panggung. Arif pun mulai menyanyi. Friska terkejut setelah mendengar nyanyian dari pria berpakaian putih itu. Friska mulai curiga dengan dia karena kotak musik yang ia temukan mungkin adalah pemberian dari pria berpakaian putih itu. Semua orang di pesta itu sungguh menikmati nyanyian dari Arif tanpa terkecuali. Setelah lagu berakhir, Arif pun turun dari panggung di ikuti dengan sorak-soray orang-orang. Arif terkejut melihat Friska dari kejauhan datang menghampirinya. Arif pun menghindar dan menghilang di keramaian orang-orang. Friska kebingungan mencari orang itu. Friska menelusuri keramaian demi mencari orang itu, Namun, Arif telah kabur menghilang menuju rumah dan pulang sebelum pesta berakhir.

            Suatu ketika, Arif datang ke sekolah lebih awal. Sampai-sampai belum ada siswa di kelas itu. Pada saat Arif melangkah masuk kelas, Arif menemukan Sebuah buku kecil yang bertuliskan nama Friska. Arif pun memberanikan diri membuka buku itu. Ternyata buku itu adalah diary Friska. Arif pun menyimpannya dan berniat untuk membaca diary itu di rumah. Beberapa saat kemudian Friska sampai ke kelas. Terlihat dia sedang mencari sesuatu di bawah mejanya. Ya, Barang yang ia cari adalah diary itu. Dia pun mulai menanyakan kepada teman satu persatu. Setelah semua orang di kelas di tanyakan satu persatu, Friska pun mengayunkan langkah menuju Arif untuk menanyakan buku diarynya. Debaran jantung Arif semakin cepat seiring langkah kaki Friska yang semakin dekat dengannya. Dan Friska pun mulai bertanya.
"Rif, loh liat buku diary aku nggak? Kemarin kayaknya jatuh di kelas deh". Tanya Friska kepada Arif.
"A aku nggak Fris". Jawab Arif sambil terbatah-batah.
"Hm yaudah deh, kalau kamu liat bilang ke aku yah". Pinta Friska.
"Iya iya Fris" Jawab Arif dengan wajah yang datar.
     
  Sekali lagi momen yang spesial bisa Arif rasakan walau hanya sekedar percapakan biasa. Kejadian itu pun berlalu.
       
               Sesampainya dirumah, Arif langsung cepat-cepat membuka buku diary milik Friska. Di halaman pertama ada biodata Friska. Halaman seterusnya terdapat puisi-puisi panjang, dari diary itu tampaknya Friska suka menulis puisi. Puisinya banyak yang bertemakan tentang Alam. Sehelai demi helai mulai Arif baca. Dan ada 2 halaman yang membuat Arif terkejut. Ternyata Friska menulis pertemuan Arif dengannya. Dalam diary itu Friska menulis bahwa Arif terlihat lucu dan manis. Di halaman yang ke 2 Friska menuliskan semua sifat teman-temannya di kelas. Friska menulis bahwa Arif adalah anak yang paling pendiam dan selalu misterius. Walaupun dengan hal sekecil ini, Arif merasa bahagia karena ada namanya di dalam buku diary Friska. Pada halaman terakhir terdapat nama rando yang di tulis tebal dan miring. Namun Arif tidak memperdulikan hal itu. Arif pun meletakkan kembali buku itu ke dalam tas. Keesokan harinya Arif datang lebih awal untuk mengembalikan buku diary itu di dalam laci Friska. Setelah itu, tanpa menaruh tas Arif langsung menuju gazebo dekat perpustakaan dan menunggu bel masuk di bunyikan.

            Hari selanjutnya pun datang. Pada pagi itu, seluruh siswa apel pagi seperti biasa. Kepala sekolah mengumumkan bahwa seluruh siswa di sarankan untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler di sekolah itu ada beragam, mulai dari seni menggambar dan menyanyi, sastra Indonesia dan sastra Inggris, serta olahraga. Setelah apel laksanakan Arif mulai melihat-lihat ruangan ekstrakulikuler yang di sediakan sekolah. Tentu saja Arif memilih ekstrakulikuler seni menggambar. Yang ikut ekskul seni menggambar sangatlah sedikit, tidak sampai 30 orang. Hal ini sesuai harapan Arif karena ia di saat sedang menggambar, ia ingin ketenangan agar imajinasinya bisa fokus dengan gambarnya. Friska memilih ekskul sastra Indonesia. Serta pacarnya Friska memilih ekskul olahraga.

Hari-hari berlalu bagaikan air yang mengalir dan tidak kunjung kembali. Rasa cinta di hati Arif semakin tak tertahan. Ingin sekali mulutnya menyuarakan cinta yang ada di jiwa. Namun, setiap kali momen-momen penting datang, mulutnya kaku dan tak bisa berbuat banyak melainkan hanya tersenyum. Suatu ketika pada saat pergantian jam, Arif ingin untuk berbicara dengan Friska walaupun hanya sekedar perbincangan biasa. Arif pun memberanikan diri mendekati Friska. Semakin kencang detak jantungnya saat berjalan menuju Friska. Derap langkah kakinya bagaikan kapal besar yang tak kunjung berlabuh. Sampailah Arif di belakang Friska. Tiba-tiba, Friska menoleh ke belakang dan menemukan Arif yang sedang berdiri tegak di belakangnya.
“ada apa yah Rif?”. Tanya Frika sambil kebingungan.
            Karena gugup, Arif tidak bisa berkata apa-apa dan ia pun mengurungkan niatnya. Agar terhindar dari kecurigaan, Arif pun mencoba mencari topik lain untuk di bicarakan.
“e eh enggak, cu cuma mau nanya, abis ini mata pelajaran apa yah?”. Tanya Arif dengan ekspresi yang tidak karuan.
“oh, Bahasa Indonesia Rif, bentar lagi gurunya datang kok.” Jawab Friska dengan nada yang lembut.
“oh iy iya makasih yah”
            Arif pun kembali ke tempat duduknya sambil meratapi nasib bahwa ia sulit membicarakan tentang perasaannya di depan Friska.
      Di balik sebuah jalan kehidupan yang terkadang kelam dan terang, kini Arif semakin dekat dengan tepian jurang tanpa dasar yang ia sebut dengan sebuah jalan pilihan. Sebuah jalan pilihan dalam hidup yang Arif sendiri pun tak tahu akan di mana jalan yang penuh dengan jurang di sisi kanan dan kirinya ini bermuara. Di ruang tidurnyalah Arif terperangkap, terkekang dan terkurung oleh perasaan yang susah ia utarakan dengan kata-kata. Di ruang kamarnyalah Arif habiskan hari-harinya tanpa ia tahu sampai kapan ia akan menghapus belenggu oleh bayang-bayang asmara. Hanya sinar mentari yang masuk dari sela-sela ventilasi yang menjadi temannya kala pagi menjelang dan hanya cahaya bulan yang menjadi temanya di kala malam tiba. Betapa anggannya terpenjara oleh paras cantik Friska. Serupa lembayung langit yang mengurung cakrawala. Serupa alga-alga melukis samudera.

Waktu berlalu dengan cepat dan tidak ada yang mampuh menentang perjalanan waktu itu. Tepatnya pada hari selasa, dimana hari itu ada sebuah pengumuman di mading bahwa 3 hari lagi akan ada lomba dalam menyambut hari ulang tahun sekolah. Berbagai macam lomba akan di selenggarakan, mulai dari lomba olahraga hingga lomba seni. Pengumuman itu di baca oleh Arif. Ternyata di acara itu ada lomba menggambar tema kemerdekaan. Demi menyalurkan hobinya, Arif pun mengikuti lomba itu dan segera mempersiapkan diri. Bukanlah kemenangan yang di incar oleh Arif melainkan hanya untuk sekedar menyalurkan hobinya itu. Beberapa saat kemudian Friska datang dan ingin melihat isi pengumuman di mading itu. Friska tampak senang karena di lomba itu ada lomba cipta puisi bertemakan bebas. Friska pun mengayunkan langkah menuju kelas. Arif sempat kebingungan karena Friska tampak bahagia. Friska mengambil buku diarynya dari dalam tas. Arif sudah bisa menebak, mungkin Friska ingin menuliskan suatu hal atau membuat sebuah puisi. Friska berjalan melewati ruang guru dan terlihat singgah di bawah pohon untuk duduk. Arif pun membuntuti Friska dari belakang. Arif penasaran dengan apa yang Friska tulis di buku diarynya. Arif pun berjalan mendekati Friska yang sedang duduk. Arif mencoba pura-pura lewat di belakang Friska sambil mengintip buku harian Friska. Ternyata Friska sedang membuat sebuah puisi. Arif kembali ke posisi tadi untuk bersembunyi dan menatap Friska dari kejauhan. “Betapa manis senyummu Fris”.Ujar Arif tanda kebahagian. Setelah beberapa menit, Rando datang menghampirinya dan Nampak ia mengajak Friska menuju ke kantin. Dan pengamatan Arif pun berakhir disitu.
           
Hari selanjutnya pun datang. Pada pagi itu, seluruh siswa apel pagi seperti biasa. Kepala sekolah mengumumkan bahwa seluruh siswa di sarankan untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler di sekolah itu ada beragam, mulai dari seni menggambar dan menyanyi, sastra Indonesia dan sastra Inggris, serta olahraga. Setelah apel laksanakan Arif mulai melihat-lihat ruangan ekstrakulikuler yang di sediakan sekolah. Tentu saja Arif memilih ekstrakulikuler seni menggambar. Yang ikut ekskul seni menggambar sangatlah sedikit, tidak sampai 30 orang. Hal ini sesuai harapan Arif karena ia di saat sedang menggambar, ia ingin ketenangan agar imajinasinya bisa fokus dengan gambarnya. Friska memilih ekskul sastra Indonesia. Serta pacarnya Friska memilih ekskul olahraga.
           
Waktu pun berlalu begitu saja tanpa memberikan isyarat bahwa ia akan pergi. Di malam itu Friska dan kekasihnya sedang jalan-jalan mengitari sudut-sudut kota. Di tempat lain Arif sedang merenung dan membayang sosok yang selama ini ia kagumi. Friska dan Rando tampak bahagia karena mereka menghabiskan waktu bersama. Friska sungguh tidak menyadari apa arti dari cinta yang sesungguhnya. Yang ia tahu hanya kenyataan suatu kisah dengan ribuan kasih sayang yang ia bisa rasakan langsung. Dengan motor gede yang di kendarai Rando, Friska pun memeluk erat Rando dengan penuh kasih sayang dan kemesraan. Di tempat lain, dengan gitar kesayangannya Arif bernyanyi dengan hati yang penuh akan rasa kagum terhadap sosok Friska. Hujan yang turun pada malam itu semakin melengkapi rasa kepedihan di hati Arif dan semakin melengkapi kebersamaan bagi Friska. Rando dan Friska berteduh di sebuah taman. Sambil menikmati jajanan yang mereka beli, mereka pun bercanda ria dengan penuh keromatisan. Di tempat lain, Arif sedang bertanya-tanya sedang apa Friska saat ini. Untaian lirik lagu yang ia nyanyikan hanya bisa terbawah angin dan dinginnya malam.
“andaikan saja kau tahu, aku disini terluka karena memendam rasa, aku hanya mampuh menikmati dinginnya malam Fris, tanpa kamu tahu betapa berharapnya diriku akan hadirmu di sisiku. Aku mungkin bodoh Fris, kamu udah punya pacar, jadi nggak mungkin kamu punya perasaan buat aku. Tapi aku berharap sejengkal pun jarak tak akan menghalangi rasa kagumku padamu”. Ujar Arif di tengah derasnya hujan dan dinginnya malam. Arif berharap, Angin kebahagian bisa menyampaikan sepatah kata itu kepada sanubari Friska Agar ia tahu betapa terlukanya saat memendam sebuah rasa yang disebut cinta. Mungkin hanya sebatas tatapan, sapaan, dan obrolan singkat. Namun, semua itu salah satu hal yang sangat berarti bagi sosok Arif. Pertama kalinya merasakan apa itu cinta, dan pertama kalinya juga harus menyembunyikan rasa sedalam-dalamnya dalam sudut hati. Memang sangat sakit jika di pikir oleh logika. Akan tetapi, itulah kenyataan hidup yang saat ini di jalani oleh Arif.
Hari ulang tahun sekolah pun tiba. Seluruh siswa terlihat sangat bahagia karena ada festival band dan beragam macam lomba di adakan di sekolah itu. Arif dengan peralatan menggambarnya langsung menuju ke meja registrasi peserta lomba menggambar. Friska pun dengan selembar map merah berjalan menuju ruangan tempat pengumpulan puisi. Di lain ruangan Arif sudah bersiap-siap untuk menggoreskan pensil di atas buku gambarnya. Lomba menggambar akhirnya di mulai. Persaingan terlihat cukup ketat. Arif yang sarat pengalaman mencoba menjadi yang terbaik di anatar semua peserta. Kurang lebih sekitar 30 menit, Waktu menggambar pun usai. Arif berhasil menyelesaikan gambar dengan baik. Seusai dari ruangan lomba, Arif langsung menuju ke lapangan basket untuk melihat lomba lainnya. Terlihat di pinggir lapangan basket ada Friska dan Rando. Friska sedang menyeka keringat Rando. Rando sedang mengikuti lomba basket mewakili kelas. Saat kuarter ke 4 di mulai, terlihat Friska sedang serius memberikan semangat kepada Rando. Arif hanya mampuh menatap wajah Friska dari kejauhan. Namun, Arif merasa bahagia karena Friska terlihat bahagia. "Sungguh cantik dirimu Fris, Andai saja sorak-soray itu buat aku". Lamunan Arif sambil menampakkan senyumnya. Berakhirlah semua kegiatan pada hari itu. Dan pengumuman semua hasil lomba akan di umumkan pada lusa nanti seusai upacara bendera.
           
Hari pengumuman lomba pun datang. Selesai upacara seluruh siswa yang mengikuti lomba merasa deg-degan. Begitu juga Friska dan Arif. Arif sebenarnya tidak berharap kemenangan melainkan hanya sekedar iseng-iseng menyalurkan hobi.  Panitia lomba pun mengumumkan pemenang dari masing-masing cabang lomba. Mulai dari lomba cipta puisi. Friskalah yang mendapat juara 1. Arif memperhatikan Friska, ia terlihat sangat bahagia karena pencapaian yang ia raih. Beberapa saat kemudian, diumumkanlah pemenang lomba menggambar. Dan sudah tidak salah lagi, yang memenangkan lomba itu adalah Arif. Arif pun terkejut, ia tak berharap menang. Namun, kehendak berkata lain. Ia pun melangkahkan kakinya untuk menerima penghargaan. Seusai di berikan penghargaan, Arif dan Friska tanpa sengaja. Dan pada saat itu, Friska tersenyum kepadanya. Arif sangat bahagia karena Friska tersenyum kepadanya. Tiada gambaran dan lukisan lain di hati Arif kecuali beribu kebahagiaan. Pada saat itu Arif sedikit lebih terkenal dari pada sebelumnya. Kadang kala di saat ia sedang duduk di gazebo sekolah, ada beberapa orang silih berganti memintanya untuk menggambar sesuai keinginan mereka. Arif tidak bisa menolak karena ia tidak ingin di cap sebagai teman yang pelit. Lagi pula menggambar adalah hobinya.
              
 Di dasar relung jiwa Arif Bergema nyanyian tanpa kata seperti  sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatinya, Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit. ia meneguk rasa kasih Friska dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh sejengkal hati Friska. apakah mungkin Arif memendamkannya?. Arif bimbang karena Friska mungkin berbaur dengan kerajaan fana. Terbesit tanya kapankah raga bisa mengutarakannya?, apakah ia akan selalu menyimpan dalam relung sukmanya. Mungkin kerisauan Friska akan segera datang, dia akan terhempas Di jurang yang ia anggap surga. Apabila Arif menatap penglihatan batinnya, Nampak di dalamnya terdapat bayangan wanita dengan sosok yang sangat anggun. Dan apabila Arif menyentuh ujung akalnya, Terasa getaran kehadiran wanita itu. Perilaku pemalu adalah saksi bisu kehadiran cinta terpendam. Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan namun tak dapat dilihat oleh mata.

Hari-hari pun berlalu, suatu ketika Arif dan Yofan menuju ke garden class atau tempat paling menyenangkan dan teduh di sekolah mereka. Di tempat itu terdapat pohon-pohon yang mengililingi ruangan itu. Garden class juga memiliki fasilitas wifi bagi semua siswa. Di Garden class juga ada tenda-tenda untuk berjualan bagi siswa yang ingin berbisnis. Tempat itu juga di gunakan siswa untuk belajar, berdiskusi, dan lain-lain. Arif dan Yofan menuju ke tempat itu untuk menggunakan fasilitas wifi. Arif dan Yofan duduk di bawah pohon dan mulai mengotak-atik laptop. Di tempat itu juga terdapat Rando dan teman-teman berandalannya. Mereka adalah anak-anak nakal di sekolah itu. Banyak pelanggaran siswa di lakukan oleh mereka. Saat asik-asik memainkan laptop, Rando dan teman-temannya menghampiri Arif dan Yofan. Mereka tampaknya berniat jahat kepada Arif dan Yofan. Ya, benar saja. Mereka mencoba memalak Arif dan Yofan.
"Bro, bagi duit loh." Ujar Rando sambil memegang bahu Arif. Melihat kelakuan Rando, Yofan pun menolak dan mencoba melawan.
"Weits bro, loh malak jangan sama kita-kita, cari orang lain sana". Ujar Yofan sambil membela diri.
"Apaan loh? Badan kecil sok kuat. Gua tonjok loh". Ancam Rando.
"Eh eh, udah, udah, ini duitnya tapi tolong jangan ganggu kami". Ujar Arif sambil memberikan uang. Rando dan teman-temannya pun beranjak pergi meninggalkan Arif dan Yofan.
"Rif, loh gimana sih, kenapa loh kasih duit sama mereka?". Bentak Yofan kepada Arif.
"Udah, ikhlasin aja, yang penting kita nggak di ganggu". Jawab Arif sambil menenangkan suasana.
"Loh terlalu baik Rif." Puji Yofan.
"Biasa aja, gua cma nggak mau ada masalah aja". Jawab Arif.
"Hm, oke deh. Ayo, udah kelar kan? Kalau udah, ayo ke kelas". Ajak Yofan.
"Udah kelar kok, Ayo". Jawab Arif. Mereka berdua pun beranjak dari tempat itu dan menuju ke kelas.
              
            Tak terasa hari yang penuh keindahan pun terlewati. Di tandai dengan datangnya hari baru. Pada hari itu tepatnya pada saat jam belajar mata pelajar sosiologi, Friska sedang asik belajar. Suasana di kelas itu terasa tenang tanpa kegaduhan sedikit pun. Namun, beberapa saat kemudian, suasana tenang itu berubah seketika setelah suluruh siswa mendengar tangisan Friska. Mereka pun bertanya-tanya,apa penyebab Friska menangis. Ternyata keluarga Friska memberi kabar bahwa adiknya meninggal karena tertabrak mobill di saat menuju rumahnya. Seluruh siswa pun kaget, begitu juga Arif. Wali kelas memutuskan semua siswa ikut melayat pada saat itu juga. Seluruh siswa di kelas itu pun mulai meninggalkan sekolah dan menuju rumah duka. Dalam perjalanan, isak tangis Friska menyelimuti suasana di dalam kendaraan. Sesampainya di rumah duka, Friska langsung menuju ke arah mayat adiknya yang telah terbujur kaku. Friska terlihat sangat sedih. Air matanya membasahi pipihnya. Arif pun ikut merasakan apa yang di rasakan Friska. Karena baginya, kesedihan yang Friska rasakan, itu adalah duka baginya. Pada kesempatan kali itu adalah pertama kalinya Arif menginjakkan kaki di rumah Friska. Waktu pemakaman pun tiba. Isak tangis Friska semakin memuncak ketika mayat adiknya menuju ke kuburan. Friska begitu menyayangi adiknya. Itu penyebab Friska begitu sedih tak kunjung menghentikan kesedihannya. Semua orang pun mulai memasuki komplek pekuburan. Arif hanya mampuh melihat Friska yang di rundung pilu tanpa melakukan apa-apa. Jenazah adik Friska pun perlahan mulai di masukkan di liang lahat. Isak tangis Friska semakin deras dan tak ada yang mampuh menghapus pilunya. Setelah upacara pemakaman, semua orang mulai meninggalkan komplek pekuburan. Namun, Friska masih enggan meninggalkan kompleks pekuburan. Ia terlihat sedang tertunduk lesu di hadapan nisan adiknya. Arif yang memperhatikan kejadian, mencoba mendekati Friska.
"Fris, kamu yang sabar yah. Pasti ada hikmah di balik kejadian ini". Ujar Arif sambil menenangkan Friska.
"Ini sangat sulit". Ujar Friska sambil tertunduk di kubur adiknya.
      Arif menunggu sampai Friska bangkit. Dan pertama kalinya, Arif dan Friska berjalan bersama menuju ke rumah Friska menggunakan motor kesayangan Arif. Sepanjang perjalanan tidak ada satu patah kata pun yang di ucapkan Arif. Tentu saja hal ini di sebabkan karena rasa gugup bagaikan gunung yang membumbung tinggi. Sesampainya di rumah, percakapan singkat pun terjadi.
"Rif, makasih yang udah mau anterin aku". Ujar Friska tanda terima kasih.
"Iya Fris, sama-sama. Kamu jangan terlalu lama sedih yah". Ujar Arif.
"Iya Rif."
"Kalau gitu, aku pulang dulu yah." Ujar Arif.
"Hati-hati yah rif."
       Arif pun mulai meninggalkan rumah Friska. Friska mulai melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Terlihat, masih ada bekas-bekas kesedihan di wajah Friska. Namun, Arif berharap kesedihan Friska cepat berlalu dan tidak akan menggangu aktifitasnya. Dalam perjalanan menuju rumah, hati Arif terasa sangat bahagia bagaikan taman yang di tumbuhi 1001 macam bunga. Tak henti-henti Arif mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Baginya, itu adalah kejadian paling spesial dalam hidupnya. Karena untuk pertama kalinya mereka berdua bisa pulang bersama-sama. Kejadian itu selalu memberkas di pikiran Arif tanpa sedikit pun ia lupakan.
              
               Pada kamis sore setelah lonceng pulang di bunyikan, Friska pulang berjalan kaki karena jarak sekolah dan rumahnya berdekatan. Tapi kali ini tak ada seorang pun yang mendampingi dia untuk pulang ke rumahnya. Arif mengikuti Friska dari belakang. Di saat perjalanan pulang malapetaka pun terjadi menimpa Friska. Sebuah mobill bertabarakan di dekat Friska yang hanya berjarak 2 meter. Tabrakan itu menyebabkan kaca mobil pecah dan serpihan kaca itu mengenai kedua matanya. Dengan cepat Arif pun langsung berlari ke arah Friska yang sedang kesakitan menahan darah yang keluar dari matanya. Dengan terburuh-buruh Arif membawa Friska ke rumah sakit. Di dalam perjalanan Friska bertanya kepada Arif sambil menahan rasa sakit di mata.
“Siapa kamu? Mau kemana kita?”. Ujar Friska sambil kesakitan.
“Nama tak penting. Yang penting kamu sampai ke rumah sakit dengan cepat”. Jawab Arif dengan suara yang sedikit di buat-buat agar Friska tak mengetahui siapa dia. Friska pun hanya terdiam dan tidak memperpanjang pembicaraan. Di dalam perjalan terlihat Friska sedang menahan Rasa sakit yang teramat mendalam. Arif tidak mampuh melihat wajah cantik Friska berlumuran darah. Itu adalah pertama kalinya Arif melihat eksperis Friska yang sungguh membuat ia sedih.

Sesampainya di rumah sakit Friska langsung di jemput oleh perawat yang bertugas dan langsung di rawat serta diberikan pertolongan pertama.  Akan tetapi Friska tidak tahu siapa yang membawanya ke rumah sakit. Setelah melihat situasi tenang, Arif pun bertemu dokter. Dokter langsung memberikan penjelasan tentang pemeriksaan mata Friska.  Dokter dengan berat hati mengatakan bahwa Friska sudah tidak bisa melihat lagi. Dan Arif sangat terkejut ketika harus mendengar bahwa Friska sudah tidak bisa melihat lagi.Sambil tertuntuk lesu, Arif pun hanya mampuh terdiam dan hanya mampuh berniat kalau dia mati, kedua matanya akan di donorkan untuk Friska. Tampaknya Arif sangat tidak bisa menerima kenyataan bahwa Friska sudah tidak bisa lagi melihat indahnya dunia.

               Semua keluarga, teman-teman Friska, dan kekasih Friska tiba di rumah sakit tempat ia di rawat. Akan tetapi, Arif sudah pergi karena mengetahui bahwa mereka akan datang.  Semua yang datang tampak sangat sedih. Sambil mengerang kesakitan,Friska sangat sedih mengetahui dia sudah tidak bisa melihat lagi dan stok mata di rumah sakit itu sedang kosong. Kata dokter pendonor mata mungkin akan ada beberapa minggu kemudian. Dengan kegundahan hati yang sangat mendalam, Friska hanya bisa melihat kegelapan di saat semua orang di dekatnya memberikan dia semangat. Dalam perasaan itu Friska masih bertanya-tanya siapa yang membawa dia ke rumah sakit.

                 Setiap hari di saat tidak ada penjaga di kamar rumah sakit yang Friska tempati, Arif selalu datang membawakan seikat bunga untuk Friska, tapi pada saat di tanya oleh Friska, Arif hanya diam dan pergi tanpa memberi tahu identitasnya. Beberapa hari kemudian Friska pun pulang ke rumah dengan mata yang hanya bisa melihat kegelapan.
              
               Setelah kejadian itu Arif mengalami stress berat. Arif sudah jarang makan dan waktunya di habiskan untuk menggambar Friska serta merasa sangat sedih atas kejadian yang menimpah Friska.karena hal tersebut, Arif sering mimisan dan sering jatuh pingsan. Lalu tulang dan sendinya sepertia ada yang mengrogoti. Arif tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ia menggangap mungkin semua itu hanya faktor kelelahan selama beraktifitas. Akhirnya Arif memeriksakan diri ke dokter. Kata dokter itu hanya penyakit biasa yang di pengaruhi oleh sering ada masalah yang mengganggu sistem saraf otak. Arif pun mulai membiasakan diri untuk tidak terlalu depresi walaupun kenyataanya sangat sulit.  Arif pun pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah Arif terjatuh dan kepalanya terbentuk namun tidak terjadi pendarahan sama sekali. Hanya sedikit rasa sakit di dapat oleh Arif di bagian kepala. Ternyata, akibat benturan itu membuat sistem saraf otak menjadi lebih tak stabil. Dokter juga memberitahukan bahwa Arif sedang mengidap pernyakit Tuberkulosis tulang. Arif sungguh tidak menyangkah bahwa penyakit separah itu akan menyerang dirinya. Arif pun mulai mengikuti segala penyembuhan.
              
               Beberapa hari pun berlalu. Rasa sakit di tulang dan kepala Arif semakin memuncak. Dan Akhirnya Arif kembali memeriksakan diri ke dokter. Arif pun sangat terkejut ketika dia mengetahui bahwa dia mengidap kelainan otak yang sulit di sembuhkan. lebih terkejutnya lagi kata dokter penyakit Tubekulosis yang ia derita sudah mulai mengganggu sel-sel penting yang berada di dekat tlan dan sendinya yang menyebakan umurnya sudah tidak lama lagi. Kata dokter, penyakit kelainan otanya itu di akibatkan benturan keras yang menimbulkan kelainan di sistem saraf otak. Ia tertuduk lesu dan sulit menerima kenyataan. Arif pun meneteskan air mata karena mengingat waktunya tidak lama lagi. Di situlah Akhirnya Arif pun berjanji akan menghabiskan sisa hidupnya hanya untuk membahagiakan Friska yang sedang mengalami kebutaan.

                 Beberapa hari berlalu. Friska sering datang sendirian ke taman dekat rumahnya karena dia tidak mau di ganggu oleh siapa-siapa. Dan ini menjadi hobi Friska setelah ia kehilangan penglihatannya. Hal ini di saksikan oleh Arif karena setelah kejadian kecelakaan itu Arif lebih menghawatirkan Friska. Dan di suatu sore Friska datang ke taman itu untuk menghirup udara segar. Hal ini sudah di saksikan oleh Arif.  Arif memutuskan membawa gitar pada sore itu. Dengan perlahan Arif pun mendekati Friska dan Arif menyanyikan lagu kesukaan Friska dengan alunan gitar akustik di mainkan Arif sendiri. Friska mengenali suara itu. Suara itu persis dengan orang yang berpakaian putih-putih di acara ulang tahun yang lalu. Akan tetapi, Friska tidak tahu suara siapa itu karena Arif adalah anak pendiam di kelas.

Friska pun terkejut dan mencoba mencari tahu suara siapa itu. Dengan deraian air mata yang mengalir melintasi pipi, Arif menyanyi dengan tulus dari dalam hati. Dengan senyuman haru di ikuti dengan tetesan air mata Friska pun Menikmati nyanyian Arif. Setelah lagu berakhir Arif pun pergi diam-diam tanpa memberitahu siapa dirinya. Friska kebingungan karena orang yang ia dengar tadi pergi diam-diam tanpa memberi isyarat.

                 Beberapa hari berlalu. Tiap harinya Arif meletakan bunga mawar di taman tempat Friska biasa duduk. Seiring dengan hal itu, Friska merasa sangat bahagia karena ada orang yang mau membuat ia bahagia di saat ia lemah tak berdaya. Friska selalu mengumpulkan bunga dari Arif dan merawatnya dengan baik.

                 Kekasih Friska memutuskan pergi dan menjauhinya karena ia tidak mau berpacaran dengan orang buta seperti Friska. Hal ini di respon baik oleh Friska karena ia sadar, kebahagiannya bisa datang dari siapa saja, Dan kebutaannya tak akan menghalangi sebuah kebahagiaan datang menemuinya.

                 Fisik Arif semakin lemah karena penyakitnya, berulang-ulang kali Arif jatuh pingsan di kelas di saat sedang belajar. Orang di sekitar Arif semakin menghawatirkan Arif. Hari-hari berlalu dan fisik Arif mulai melemah. Arif jatuh pingsan di depan rumahnya dan ditemukan terkapar oleh tetangganya lalu Arif pun dibawah lari ke rumah sakit. Setelah Arif tersadar, dia mengambil sebuah kertas dan pulpen seakan ingin menulis sesuatu. Dengan menitikan air mata, Arif menuliskan sebuah surat untuk Friska. Surat itu di bungkus dengan sebuah amplop putih di hiasi dengan titik-titik air matanya . Arif berpesan kepada dokter agar matanya di donorkan kepada Friska ketika dia sudah meninggal,. Dan berikan surat itu ketika Friska sudah bisa melihat. Dalam haru dan sedih, Arif hanya mampuh mengingat raut wajah Friska. Kesedihan Arif mungkin tak akan terbendung jika harus meninggalkan Friska. Akan tetapi mungkin Arif akan bahagia jika melihat Friska menikmati mata barunya.

                 2 hari setelah surat itu di tulis, Arif pun menghembuskan nafas terakhir pada sore hari. Tetapi kabar buruk ini tidak sampai ke telinga Friska. Arif sempat menyebut nama Friska sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Tim dokter berusaha memompah jantung Arif. Akan tetapi nyawa lelaki berhati malaikat itu tak tertolong.
                 Beberapa saat kemudian setelah kematian Arif, Tim dokter yang menangani Friska memberi kabar bahagia bahwa pendonor mata sudah di temukan dan siap untuk mendonorkan matanya. Friska pun sangat bahagia ketika mendengar kabar tersebut. Tanpa berpikir panjang Friska dan keluarganya berangkat ke rumah sakit untuk melakukan operasi pendonoran mata.
                 Sampailah di rumah sakit. Semua persiapan sudah siap. Tapi sebelum di lakukan operasi, Friska bertanya kepada dokter.
“Dok, siapa yang rela mendonorkan matanya untukku?”. Tanya Friska.
“Dia adalah seorang malaikat tampan yang belum mau membicarakan soal identitas”. ujar dokter.
“Kenapa begitu dok?” Tanya Friska dengan heran.
“Akan kau ketahui setelah kau bisa melihat'. Jawab dokter.
Friska pun tersenyum bahagia.

                 Operasi di mulai. Di saat operasi sedang berlangsung, di tempat lain sedang di laksanakan upacara pemakaman Arif. Suasana di hari itu bagaikan 2 rasa yang tak pernah menyatu karena kebahagian dan kesedihan hadi di 2 tempat berbeda. Operasi pendonoran mata itu berlangsung selama 6 jam.

                 Setelah operasi selesai, Friska pun bahagia dan tak sabar ingin melihat dunia dan ingin mendengar berita dari dokter soal pendonor itu. Selama masa penyembuhan, Friska sering bermimpi melihat orang yang ia kenal namun ia tak tau itu siapa. Mimpi itu sering datang di saat Friska tidur. Tapi Friska merasa bahagia karena di dalam mimpinya Friska selalu di hibur oleh orang di dalam mimpinya. Tapi orang itu tidak mau menampakan wajah dan identitasnya.
                 3 minggu pun berlalu, di mana hari itu adalah hari pelepasan perban dari mata Friska. Friska sangat menunggu hari itu. Dengan rasa tak sabar dan dengan diringi debaran jantung yang kencang. Dokter pun mulai melepaskan perban dari mata Friska.  Setelah perban dibuka. Friska membuka matanya perlahan-lahan. Betapa bahagianya ketika Friska bisa melihat kembali indahnya dunia. Friska memeluk keluarga dan temannya sambil meluapkan kebahagiaanya. Lalu, Friska pun menagih janji kepada dokter tentang identitas sang pendonor. Dokter langsung memberikan surat yang di tulis Arif kepada Friska.Friska pun terkejut ketika melihat ada bekas air mata di Amplop surat. Friska membuka surat itu. Betapa terkecutnya lagi Friska ketika tulisan itu di mulai dengan nama Arif Winata. Dan isi suratnya adalah.


"By Arif Winata
Dear Friska Astanti

                 Rasa di hatiku telah tertujuh padamu. Senyummu telah mengalihkan duniaku. Seakan roda cinta telah berputar. Wajahmu, senyummu, sikapmu, dan tutur katamu telah meluluhkan hatiku. Cinta di hatiku telah tumbuh dan aku pun tak henti-hentinya memikirkanmu.
Detik demi detik berlalu,rasa sakit yang ku derita tak tertahan lagi. Tapi aku sadar bahwa tak bisa melihat adalah penderitaan yang lebih tragis dari pada aku. Jika aku di panggil sang haliq, aku ingin menitipkan kedua mataku untukmu. Ku harap kamu tahu merawat mataku.
Friska, aku memberikan bunga untukmu agar kau bisa tersenyum dengan manis. Friska, aku memberikanmu kata-kata manis yang ku ukir dalam sehelai kertas agar kau bisa mengenal apa arti dari keindahan. Friska, aku memberikan kotak musik dengan lagu kesukaanmu agar kau bisa mendengar alunan yang melodi kehidupan yang indah. Friska, aku menyanyikan lagu kesukaanmu agar kau menghapus kesedihan di hatimu. Dan semua ini ku lakukan tulus semata-mata agar kau bahagia, Tanpa berharap kau membalas cintaku.
                 Mataku,kupersembahkan untukmu. Dan apa yang kau lihat, persembahkan untukku.


For Friska♥.”

     Tetes air mata pertama Friska dari mata barunya pun mengalir dengan deras ketika dia mengetahui kebaikan dan ketulusan hati dari Arif.
            “Ternyata Arif adalah malaikat yang selalu hadir menghibur diriku sampai akhir hayatnya”. Ujar Friska sambil meneteskan air mata di depan surat itu. Dengan deraian air mata, Friska pun bergegas meninggalkan rumah sakit dan pergi ke kubur Arif. Air mata Friska tak terbendung ketika mengingat kebaikan Arif yang selalu hadir tanpa ia tahu. Friska pun tertunduk lesu menggenggam erat nisan Arif.  "Arif, Kenapa kamu pergi sebelum mengungkapkan semuanya, aku lebih memilih buta dan menghabiskan waktu bersamamu Rif". Ujar Friska sambil berurai air mata. Friska pun sadar, bahwa apa yang Arif lakukan semata-mata hanya untuk membahagiakannya. Mulai detik itu pun, Friska berikrar bahwa ia akan menggunakan mata Arif dengan baik. Dan akan menghadirkan sejuta keindahan di setiap tatapan. Agar tatapan mata Friska yang baru akan menjadi kebahagiaan Arif yang telah tenang di alam sana.
            Mungkin inilah sebuah cinta sejati yang hanya dimiliki oleh segelintir orang. Tak perlu hal yang memuaskan, akan tetapi hadirkanlah kesederhanaan di setiap perjuangan dan tatapan, karena perjuangan dan tatapan itu adalah ungkapan bisu yang penuh arti.


T A M A T




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWERS